Impor Air Mineral dan Es ke Indonesia Meningkat, Ini Alasannya

Impor Air Mineral dan Es ke Indonesia Meningkat, Ini Alasannya

Fenomena unik tengah terjadi dalam neraca perdagangan Indonesia, impor air mineral dan es ke Indonesia justru meningkat drastis, bahkan dari negara yang tak lazim dianggap sebagai sumber air, seperti Arab Saudi dan Bahrain. Lonjakan ini terjadi pada periode Januari hingga Mei 2025 dan memunculkan pertanyaan, mengapa negara tropis dengan sumber air melimpah harus membeli air dan es dari luar negeri?

Nilai Impor Tumbuh Ratusan Persen

Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Perdagangan, nilai impor air mineral ke Indonesia mencapai US$1,74 juta dalam lima bulan pertama 2025. Angka ini naik signifikan, sebesar 148,48% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Volume impor juga ikut terkerek, meningkat 125,85% menjadi 1.707 ton.

Menariknya, Prancis menjadi pemasok terbesar air mineral ke Indonesia, dengan volume mencapai 826 ton. Negara lain seperti Fiji (340 ton), Italia (320 ton), dan Jepang (41 ton) juga masuk daftar utama. Hal yang cukup mengejutkan adalah Arab Saudi, negara gurun dengan pasokan air terbatas, tercatat mengirim 24,4 ton air mineral ke Indonesia, naik 268% secara tahunan.

Tak hanya air, produk es dan salju (kode HS 22019010) juga mengalami lonjakan impor yang luar biasa. Selama Januari-Mei 2025, Indonesia tercatat mengimpor 367 ton es senilai US$263.600, naik 709% dalam volume dan 532% dalam nilai. Tiga negara asal utama adalah Bahrain (213 ton), Arab Saudi (105 ton), dan Uni Emirat Arab (24,7 ton).

Premiumisasi dan Pasar Niche

Meski terdengar tidak masuk akal, ada alasan kuat di balik tren ini. Produk air mineral impor umumnya diposisikan sebagai barang premium, seperti air dari Pegunungan Alpen (Prancis dan Italia) hingga air vulkanik dari Fiji. Air-air ini bukan untuk konsumsi harian biasa, melainkan dijual di hotel bintang lima, restoran mewah, hingga layanan penerbangan dan diplomatik.

Dari Arab Saudi, air seperti Zamzam dan merek komersial seperti Nova Water atau Berain telah diproses secara higienis dan dikemas untuk pasar global. Produk ini punya citra spiritual atau eksklusif yang sulit ditandingi oleh produk lokal.

Sementara itu, es dari Bahrain dan UEA digunakan untuk kebutuhan spesifik, seperti pengawetan makanan laut ekspor, logistik kedutaan, hingga event internasional. Dengan kualitas tinggi dan sertifikasi internasional, produk ini menyasar pasar industri makanan dan minuman kelas atas.

Efek Perjanjian Dagang dan Jalur Logistik

Lonjakan impor dari negara-negara Timur Tengah juga tak lepas dari penguatan hubungan dagang. Awal Juli 2025, Indonesia dan Arab Saudi menandatangani kerja sama senilai US$27 miliar, mencakup sektor logistik, pangan, hingga pariwisata. Perjanjian ini membuka peluang masuknya produk-produk terspesialisasi, termasuk air mineral dari Arab Saudi dan produk es dari Bahrain.

Ditambah lagi, jalur logistik langsung dari Jeddah dan Manama menuju pelabuhan besar di Indonesia membuat distribusi lebih cepat dan efisien. Biaya pengiriman yang makin terjangkau menjadikan produk-produk ini dapat masuk ke pasar domestik premium tanpa beban biaya tinggi.

Meskipun nilai impor air dan es masih tergolong kecil dibanding total perdagangan nasional, pertumbuhan persentasenya sangat tinggi dan menunjukkan adanya perubahan preferensi pasar. Produk lokal kini harus bersaing dengan air kemasan luar negeri yang memiliki branding kuat dan segmen eksklusif.

Impor air mineral dan es ke Indonesia bukan karena kekurangan pasokan domestik, tetapi karena adanya permintaan khusus dari pasar premium. Produk-produk ini menjawab kebutuhan gaya hidup mewah, branding internasional, serta didukung oleh kemudahan logistik dan perjanjian dagang baru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *